BANGKALAN.angkatberita.id
Kasus meninggalnya seorang bayi di RSIA Aisyiyah Bangkalan menuai sorotan tajam. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan, Nur Khotibah, menyatakan bahwa seluruh langkah yang dilakukan pihak rumah sakit sudah sesuai dengan prosedur dan standar operasional (SOP) yang berlaku.
“Kronologi yang disampaikan ke saya, sudah sesuai SOP, dan itu sudah dipresentasikan,” ujar Nur Khotibah saat ditemui di kantornya, Kamis (2/10).
Kadinkes menjelaskan, rujukan pasien ke RSUD Syamrabu Bangkalan tidak dapat dilakukan karena rumah sakit saat ini masih dalam tahap pembangunan gedung baru dan masih kewalahan menangani banyak pasien.
“Karena pihak rumah sakit Syamrabu Bangkalan masih dalam tahap pembangunan gedung dan banyak menangani pasien, lagipula bayi harus dalam kondisi stabil dulu, tidak ujuk-ujuk langsung dibawa harus sesuai protap, dikhawatirkan ada apa-apa di perjalanan,” ungkapnya.
Dikatakan, upaya rujukan juga dilakukan ke RSUD dr. Soetomo Surabaya, namun saat itu untuk kasus neonatus (sebutan bayi baru lahir), fasilitas dan alat lainnya masih dipakai semua.
Menurutnya, sambil menunggu kepastian rujukan, Nur Khotibah yang juga ketua cabang Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Bangkalan dua periode hingga 2028 itu juga menyebut, tim dokter RSIA Aisyiyah telah melakukan tindakan preventif.
“Sementara itu observasi, pengawasan dan lain-lain sudah dilakukan sambil menunggu tanggapan,” terangnya.
Namun, ketika ditanya mengenai hasil diagnosa bayi naas itu, Kadinkes sempat terdiam sejenak seakan ragu menjawab, dan sesaat menyampaikan bahwa bayi mengalami gangguan pernapasan diduga akibat tersedak ketika minum susu dalam posisi miring.
Terpisah, Rifai ayah dari bayi pertamanya yang malang itu mencurahkan kekecewaannya terhadap pelayanan RSIA Bangkalan.
“Waktu itu kaki dan tangannya sudah bengkak kenapa masih didiamkan seperti itu anak saya, tidak ada tindakan cepat hingga menunggu empat jam lamanya dan akhirnya fatal, anak saya meninggal. Apa mereka mau mengelak, apa perlu saya tunjukkan bukti dan saksi-saksi” ucapnya saat ditemui di rumahnya dengan sorot matanya yang tajam. Sabtu, (4/10).
Tidak hanya itu, Rifai juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap perawat disana.
“Dengan kondisi kritis seperti itu, masih saja bayi saya dibuat momen foto-foto sama perawatnya dengan pakaian bayi,” imbuhnya.
Rifai berharap, cobaan ini cukup dialami oleh anaknya saja dan tidak lagi menimpa bayi-bayi lain yang lahir di RSIA Aisyiyah Bangkalan.
Bersambung
Robin