Sumenep, angkatberita.id – Event Festival Musik Tong-Tong yang digelar Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep kembali menuai sorotan. Bukan pujian yang diperoleh, melainkan hujan kritik dari publik yang menilai pelaksanaan event tersebut amburadul dan mengesampingkan ketertiban serta nilai-nilai keagamaan masyarakat.


‎Video suasana festival yang beredar di media sosial memicu ratusan komentar pedas. Banyak netizen kecewa karena musik tidak dihentikan saat memasuki waktu salat Subuh, bahkan disebut tetap bergema keras saat azan berkumandang, Selasa (21/10/2015).

‎ “Di kondisikan juga kalau sudah mau azan subuh, diberhentikan dulu sampai selesai salat subuh… soalnya dekat sama masjid,” tulis akun mainan Adelia, menuai dukungan dari warganet lainnya.

‎Tak hanya soal waktu pelaksanaan yang dianggap tidak menghormati waktu ibadah, netizen juga menuding panitia Disbudporapar tidak profesional. Beberapa komentar menyebut setiap event besar yang digelar Pemkab Sumenep selalu berakhir kacau dan mengganggu aktivitas warga.

‎ “Setiap ada event di Sumenep selalu berakhir seperti ini. Kenapa panitia event di Sumenep semuanya gak ada yang beres sih,” sindir akun Obet Slo, disertai emotikon tawa getir.


‎Komentar lain menyebut, acara yang seharusnya menjadi ajang promosi budaya malah menjadi sumber kemacetan dan gangguan ketertiban umum.

‎Warganet juga mempertanyakan efektivitas rute festival yang disebut pendek, tetapi pelaksanaan molor hingga dini hari.

‎“Rute pendek tapi kok tetap masih Subuh belum selesai,” kritik akun Liya.



‎Kekecewaan publik itu memperlihatkan ketidakpuasan terhadap penyelenggaraan event yang menggunakan anggaran daerah, namun dinilai tidak mengedepankan kenyamanan masyarakat.

‎Desakan evaluasi terhadap Disbudporapar Sumenep semakin menguat. Banyak pihak menilai, festival budaya tidak boleh mengabaikan nilai kearifan lokal serta adab terhadap waktu ibadah.

‎Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Disbudporapar Sumenep terkait gelombang kritik tersebut.

 

 

Penulis: Redaksi