Sumenep, angkatberita.id – Tiga proyek Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) di Desa Aengdake, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kini menuai sorotan tajam. Alih-alih berfungsi sebagai saluran irigasi untuk mengairi sawah, bangunan senilai hampir Rp600 juta itu justru dinilai lebih menyerupai drainase atau parit pembuangan air.

Proyek yang masing-masing menelan anggaran sekitar Rp195 juta ini digarap melalui kelompok Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Batu Emas, dengan dana yang digelontorkan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Kementerian PUPR.

Sejak awal pengerjaan, indikasi kejanggalan sudah tercium, baik dari sisi perencanaan maupun pelaksanaan di lapangan. Berdasarkan pantauan Angkat Berita pada Jumat (5/9/2025) di tiga titik proyek, ditemukan sejumlah persoalan serius, di antaranya:

• Fondasi galian dangkal dan dikerjakan asal-asalan.

• Saluran irigasi tidak terhubung dengan sumber air, baik sungai maupun bendungan.

• Konstruksi hanya mengandalkan air hujan (tadah hujan) yang jelas tidak optimal.

• Sebagian saluran justru mengelilingi lahan tertentu, menyerupai parit drainase.

Dengan kondisi demikian, proyek tersebut dinilai berpotensi tidak memberikan manfaat nyata bagi petani, bahkan bisa menjadi pemborosan anggaran negara hingga ratusan juta rupiah.

Aktivis muda Sumenep, Bagas Arrazy, ikut menyoroti proyek ini. Ia menilai, pelaksanaan P3-TGAI di Desa Aengdake sarat kejanggalan dan terkesan dipaksakan.

“Saya duga proyek tersebut hanyalah formalitas untuk meraup keuntungan pribadi. Sangat disayangkan, program yang seharusnya membantu petani malah diduga menjadi ajang permainan oknum,” tegas Bagas, Sabtu (22/10/2025).

Hingga berita ini diturunkan, pihak pengawas proyek maupun instansi terkait belum memberikan klarifikasi resmi. Upaya konfirmasi yang dilakukan Angkat Berita juga belum mendapat tanggapan.

 

 

Penulis: Redaksi